Rabu, 19 Desember 2012

Kepuasan Kerja



Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan dalam bekerja merupakan keinginan yang wajar bagi setiap karyawan. Secara sederhana kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang karyawan terhadap pekerjaannya (Robbins 1996).
Bisa juga dikatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu perasaan karyawan tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan yang mereka lakukan. Umumnya mengacu pada sikap seorang karyawan terhadap pekerjaannya. Dalam hal ini kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan oleh pekerjaan . Lebih lanjut , Lock dalam Luthans (1995) memberikan definisi bahwa:
job satisfaction is a  pleasurable or positive emotional  state resulting from the appraisal of one’s job or job experience.”( kepuasan kerja adalah suatu ungkapan  emosional yang bersifat positip atau menyenangkan, sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja)


Sementara itu, Porter   dalam teori Discepency menyatakan bahwa:
 job satisfaction is difference between  how much of something there should be and how much there is now (kepuasan kerja adalah perbedaan antara seberapa banyak segala sesuatu yang seharusnya diterima dengan segala sesuatu yang senyatanya ada        saat ini).
 

Elemen / Indikator dari Kepuasan Kerja :

a.       Kepuasan pada Pekerjaan itu sendiri  (Satisfaction with the Work Itself).
Pekerjaan yang dilakukan oleh seorang karyawan akan dapat menghasilkan   kepuasan kerja, motivasi intern, prestasi kerja yang tinggi, tingkat kemangkiran yang rendah dan tingkat  labour turn over yang rendah . Hal ini bisa dicapai  apabila :
·         Pekerjaan itu dialami sebagai sesuatu yang berarti, bermanfaat atau penting.
·         Pekerja menyadari bahwa dirinya bertanggungjawab atas hasil pekerjaan itu secara pribadi.
·         Pekerja dapat memastikan dengan cara yang teratur dan terandalkan mengenai hasil usahanya; apa saja yang telah dicapai, dan memuaskan atau tidak.

             Robbins (1996) memperjelas bahwa salah satu penentu kepuasan kerja adalah  pekerjaan yang secara mental bersifat menantang. Artinya memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menggunakan ketrampilan dan kemampuan mereka, dan menawarkan berbagai macam tugas, kebebasan, dan umpan balik pekerjaan. Pada saat tantangan tersebut mampu dilampaui secara baik oleh karyawan, maka kepuasan terhadap pekerjaan akan terasakan.
Sementara itu pendapat yang dikemukakan oleh Wall dan Martin dalam Spector (1997), bahwa “ job characteristic refer to the content and nature of job tasks themselves “ (karakteristik pekerjaan mengacu pada isi dan kondisi dari tugas-tugas itu sendiri).  Dapat disimpulkan bahwa karakteristik pekerjaan merupakan ciri yang terkandung dalam suatu pekerjaan, yang terdiri dari berbagai dimensi inti dari suatu pekerjaan.

b.  Kepuasan pada Pembayaran  (Satisfaction with Pay)
Kepuasan pada pembayaran merupakan hal yang bersifat multi dimensional. Hal ini berarti bahwa kepuasan karyawan bukan hanya terletak pada jumlah gaji/ upah semata, namun lebih dari itu kepuasan pada pembayaran dibentuk dari empat dimensi yaitu:
·         Kepuasan terhadap administrasi dan kebijakan penggajian.
·         Kepuasan terhadap berbagai jenis tunjangan yang ada .
·         Kepuasan terhadap tingkat gaji /upah
·         Kepuasan terhadap kenaikan gaji/ upah

c.  Kepuasan pada Promosi ( Satisfaction with Promotion)
Kesempatan untuk dipromosikan merupakan hal yang dapat memberikan    kepuasan pada karyawan. Kesempatan ini merupakan bentuk imbalan yang bentuknya  berbeda dengan imbalan yang lain. Promosi bisa dilakukan berdasarkan senioritas karyawan maupun berdasarkan kinerja. Promosi dengan kenaikan gaji 20% lebih memuaskan daripada promosi yang kenaikan gajinya  hanya 10 % . Maka wajar apabila promosi di kalangan eksekutif lebih dirasa memuaskan daripada promosi dikalangan karyawan level bawah. (Luthans 1992).
Patchen dalam Fieldmand & Arnold (1983) menemukan hasil penelitian bahwa karyawan yang merasa berhak mendapat promosi tetapi tidak jadi dipromosikan, ternyata lebih sering absen daripada karyawan lain yang memang belum mendapat kesempatan dipromosikan.
 

d.  Kepuasan pada Supervisi ( Satisfaction with Supervision  )

            Supervisi merupakan salah satu hal yang cukup penting sebagai sumber kepuasan kerja. Kepuasan terhadap supervisi sangat berkaitan dengan gaya kepemimpinan supervisi. Cukup banyak penelitian yang membahas pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan kerja maupun produktivitas kerja (Berry 1998)
            Sehubungan dengan hal itu, setidaknya terdapat dua dimensi gaya supervisor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja:
1.     Supervisor yang berorientasi pada karyawan (Employee Centeredness). 
    Dimensi ini diukur dari tingkat seberapa sering supervisor memberikan perhatian secara personal pada karyawan, dalam hubungannya dengan kesejahteraan karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan tindakan mengecek seberapa baik karyawan melaksanakan pekerjaannya; memberikan arahan/ nasehat/ bantuan secara individual, dan berkomunikasi dengan karyawan secara wajar sebagaimana  berkomunikasi dengan  atasan maupun  karyawan yang tingkatannya lebih tinggi.
2.     Supervisor yang mengutamakan partisipasi karyawan (employee participation). 
     Dimensi ini digambarkan sebagai tindakan para manajer yang mengajak karyawannya untuk berpartisipasi dalam membicarakan berbagai persolan yang akan mempengaruhi pekerjaan mereka. Dalam banyak kasus, pendekatan kepemimpinan seperti ini telah memberikan tingkat kepuasan yang tinggi. Hasil penelitian telah menyebutkan bahwa partisipasi karyawan berdampak positip pada kepuasan kerja. Iklim partisipatif yang dikembangkan oleh supervisor di tempat kerja, ternyata memberikan efek substansial bagi  kepuasan karyawan.

e.  Kepuasan pada Rekan Kerja (Satisfaction with Coworkers)
Rekan kerja dapat menjadi sumber kepuasan karyawan, manakala antar karyawan diberi kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam sebuah penelitian di industri mobil, Walter & Guest dalam Feldman & Arnold (1983) menemukan fakta bahwa karyawan yang terisolasi ternyata tidak menyukai pekerjaannya, dan sengaja mengisolasi diri dari lingkungan sosial karena ada alasan pribadi.
 Beberapa penelitian lainnya (Kerr et al. dalam Feldman & Arnold  1983) telah menemukan bahwa manakala kesempatan yang diberikan pada karyawan untuk berkomunikasi hanya sedikit, maka kepuasan mereka rendah dan cenderung terjadi turn over.
Rekan kerja bahkan merupakan sumber kepuasan kerja yang lebih kuat ketika anggotanya memiliki kemiripan dalam nilai-nilai dan perilaku. Berjumpa dengan orang-orang yang memiliki kemiripan nilai menyebabkan bertambahnya rasa persahabatan. Nilai perasaan dari suatu kelompok kerja berkaitan erat dengan kepuasan kerja. 

Teori -Teori  Kepuasan Kerja:
Beberapa teori yang menjelaskan masalah kepuasan kerja diuraikan sebagai berikut :
a.      Opponent – Process Theory .
Teori yang dikemukakan oleh Landy (1978) ini menekankan pada upaya seseorang dalam mempertahankan keseimbangan emosionalnya. Artinya, baik kepuasan maupun ketidakpuasan merupakan masalah emosional. Rasa kepuasan seseorang sangat ditentukan oleh sejauhmana penghayatan emosionalnya terhadap situasi yang dihadapi. Bila situasi yang dihadapi dapat memberikan keseimbangan emosional bagi dirinya, maka orang tersebut akan merasa puas. Namun apabila situasi tersebut menimbulkan ketidakstabilan emosional, maka orang tersebut merasa tidak puas.
                     
b.      Discrepancy Theory
Konsep yang dikemukakan oleh Porter (1961) menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah selisih dari sesuatu yang seharusnya ada (harapan), dengan sesuatu yang sesungguhnya ada (fakta).
Ditambahkan  oleh Locke (1969) bahwa seseorang akan merasa terpuaskan apabila kondisi faktual sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Semakin sesuai antara kondisi faktual dengan kondisi yang diinginkan, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasannya. Sebaliknya, semakin banyak ketidaksesuaian antara kondisi faktual dengan kondisi yang diharapkan, maka akan semakin tinggi pula rasa ketidakpuasannya.

c.       Equity Theory
Teori keadilan yang dikemukakan oleh Adam (1963) menjelaskan bahwa individu akan merasa puas terhadap aspek-aspek khusus dari pekerjaan mereka. Aspek tersebut misalnya : gaji / upah, rekan kerja, dan supervisi. Individu akan merasa puas apabila jumlah aspek yang senyatanya diperoleh sesuai dengan jumlah aspek yang semestinya diterima. Implikasi dari teori ini adalah pekerja akan menyesuaikan kontribusinya sesuai dengan tingkat kepuasan dan keadilan yang diperolehnya. Individu yang memperoleh kompensasi yang tidak sepadan dengan kontribusinya pada perusahaan, maka hal itu akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas kerjanya .

d.      Two – factor Theory
Teori Dua Faktor yang dikemukakan oleh Herzberg (1966) disebut juga teori Motivasi - Higiene.   Faktor  hygiene atau faktor ekstrinsik membuat orang merasa “sehat”. Sedangkan faktor motivasi atau faktor intrinsik membuat orang merasa terpacu/ termotivasi untuk mencapai sesuatu. Herzberg memaparkan kesimpulan penelitiannya :
1.      Ada serangkaian faktor ekstrinsik (atau job context) yang menyebabkan rasa tidak puas andaikata  faktor tersebut tidak ada. Namun, bila faktor tersebut ada, maka tidak menimbulkan motivasi bagi karyawan. Faktor yang dimaksud adalah kebijaksanaan dan administrasi perusahaan, supervisi, kondisi kerja, hubungan antar pribadi, gaji , status, dan keamanan.
2.      Serangkaian faktor ekstrinsik (atau job content) yang apabila ada dalam pekerjaan , maka akan dapat menimbulkan kepuasan kerja. Namun , bila faktor ini tidak ada, maka tidak menimbulkan ketidakpuasan yang berlebihan. Faktor ini adalah prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, kemungkinan untuk berkembang, dan pekerjaan itu sendiri.

Pengukuran Kepuasan Kerja
            Ada beberapa cara pengukuran kepuasan kerja. Diantaranya dengan menggunakan skala indeks deskripsi jabatan (Job Description Index ), dengan kuesioner kepuasan kerja Minnesota (Minnesota Satisfaction Questionare  ), maupun dengan pengukuran berdasarkan gambar ekspresi wajah. (Mangkunegara 2000).

a.      Pengukuran kepuasan kerja dengan skala Job Description Index.
Skala pengukuran ini dikembangkan oleh Smith, Kendall, dan Hullin pada tahun 1969. Cara penggunaannya, diajukan pertanyaan pada karyawan mengenai pekerjaan atau jabatannya, yang mencakup  tingkat kepuasan terhadap aspek pekerjaan,  pengawasan, upah, promosi, dan rekan  kerja . Setiap pertanyaan yang diajukan, harus dijawab oleh karyawan dengan menandai jawaban : ya, tidak, atau ragu-ragu (tidak dapat memutuskan). Dengan cara ini akhirnya dapat diketahui tingkat kepuasan kerja karyawan.


b.      Pengukuran Kepuasan Kerja dengan Minnesota Satisfaction Questionaire
Pengukuran kepuasan  kerja ini dikembangkan oleh Weiss dan England pada tahun 1967. Skala ini berisi tanggapan yang mengharuskan karyawan untuk memilih salah satu dari alternatif jawaban : sangat tidak puas, tidak puas,  netral, puas, atau sangat puas terhadap berbagai pertanyaan yang diajukan.  Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut dapat diketahui tingkat kepuasan kerja karyawan.

c.       Pengukuran Kepuasan Kerja Berdasarkan Gambar Ekspresi Wajah.
Pengukuran kepuasan kerja yang  dikembangkan oleh Kunin pada tahun 1955 ini terdiri dari gambar-gambar wajah orang, mulai dari gambar wajah yang sangat gembira, gembira, netral, cemberut, dan sangat cemberut. Karyawan diminta untuk memilih gambar  ekspresi wajah yang sesuai dengan  kondisi pekerjaan yang dirasakan. Kepuasan kerja dapat diketahui dari pilihan-pilihan karyawan terhadap gambar-gambar tersebut.

NB : bila anda berminat menelusur lebih lanjut referensi dari tulisan ini silakan hubungi penulis, atau bisa anda telusur sendiri melalui jurnal internasional

7 komentar:

  1. pak bisa minta referensi dari materi diatas

    BalasHapus
  2. Pak,
    mohon bantuannya untuk memberikan literatur dari tulisan diatas,

    mohon jika berkenan literatur & daftarnya bisa dikirim ke sashashadrina@gmail.com

    terimakasih banyak,
    salam.

    BalasHapus
  3. hallo pak,
    mohon bantuannya, jika bapak berkenan tolong dikirim referensi dan literatur dari materi diatas ke yuri_mentari_sweeto@rocketmail.com..
    maksih pak. .

    BalasHapus
  4. selamat malam pak,
    minta tolong dikirmkan refrensi materi di atas ke e-mail lely_adperkat@yahoo.com
    terimakasih sebelumnya

    BalasHapus
  5. Tulisan bapak sangat membantu sekali dalam proses penyusunan skripsi saya. Jika berkenan, mohon dikirimkan ke email saya: hayu ikroma11@gmail.com terkait cara pengukuran kepuasa kerja (JDI, JSS dan Minnesota Satisfaction Questionaire)
    Terima kasih atas bantuannya pak

    BalasHapus
  6. Assalamu'alaikum pak, mohon bantuannya. jika berkenan mohon dikirim ke email saya:dalatun.nikmah08@gmail.com mengenai refernsi indikator kepuasan kerja. terimakasih pak

    BalasHapus
  7. Assalammualaikum, mohon maaf pak saya mahasiswi tingkat akhir yang akan melakukan penelitian berkaitan temtng kepuasan kerja, sekiranya bapak bisa membantu mohon izin untuk meminta referensi terkait tulisan bapak diatas,, terima kasih

    BalasHapus