Rabu, 19 Desember 2012

FUTUR, JENIS PENYAKIT YANG PERLU KITA WASPADAI





DEFINISI FUTUR
Dari sisi bahasa, futur berasal dari kata fatara -  yafturu – futurun, yang mempunyai dua makna :

1.       Terputus setelah  tersambung, atau terdiam setelah bergerak terus.
2.       Malas, kendur atau lamban setelah rajin bekerja.
Dari sisi istilah, futur berarti suatu penyakit yang dapat menimpa seseorang yang berjuang di jalan Allah. Futur yang paling ringan menyebabkan seseorang terhenti setelah rajin melakukan ibadah. Ar Roghib berkata, “ Futur ialah diam setelah giat, lunak setelah keras, atau lemah setelah kuat”. Orang yang sedang futur mengalami penurunan kuantitas dan kualitas amal shalih, atau mengalami kemerosotan keimanan maupun keislamannya. Sendi-sendi hatinya mengendur sehingga berdampak pada turunnya stamina ruhiyah, dan lebih jauh lagi hal ini mengakibatkan dirinya terjauh dari amal kebaikan dan anjlok produktivitas amal sholihnya. Futur bisa saja terjadi pada diri kita. Tanda-tandanya adalah munculnya sifat malas, menunda-nunda, berlambat-lambat, dan yang paling buruk adalah berhenti dari amal dakwah.  

PENYEBAB FUTUR
Ada beberapa penyebab terjadinya futur yang kemungkinan pernah terjadi pada diri kita.

1.       Berlebihan dalam (din) agama.
Sesungguhnya din itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulitnya kecuali akan dikalahkan atau menjadi berat untuk mengamalkannya” (HR.Muslim). Oleh karena itu amal sholih yang paling disukai oleh Allah adalah yang sedikit dan kontinyu.
Rosullullah bersabda “ Lakukanlah amal sesuai dengan kemampuanmu, karena sesungguhnya Allah tidak merasa bosan, sehingga kamu sendiri merasa bosan. Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah adalah yang dilakukan secara rutin, walaupun sedikit” (HR. Bukhari & Muslim)
2.       Berlebihan dalam hal yang sifatnya mubah.
Allah berfirman, “Makan dan minumlah, tapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al-A’raf :31)
3.       Memisahkan diri dari jamaah.
Sibuk dengan aktivitas pribadi yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan dakwah bisa menyebabkan futur. Rosulullah bersabda, “Syetan itu akan menerkam manusia yang menyendiri, seperti serigala menerkam domba yang terpisah dari kawanannya” (HR.Ahmad)
4.      Sedikit mengingat akhirat.
Banyak mengingat kehidupan akhirat akan membuat seseorang giat beramal. Dirinya akan selalu diingatkan adanya penghitungan (hisap) atas setiap amalnya. Bila jarang mengingat mati, jarang ingat akhirat, maka tidak akan kuat dorongan untuk beramal sholih. Rosullullah bersabda, “ Sekiranya engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa”. Para sahabat bertanya, “ Apa yang Anda lihat wahai Rosullullah ? “. “ Aku telah melihat indahnya syurga dan ngerinya neraka” (HR.Muslim)
5.      Masuknya barang yang haram ke tubuh kita.
Mengkonsumsi sesuatu yang subhat, apalagi haram, akan melemahkan jiwa. “ Barang siapa menjaga diri dari syubhat, maka dia telah melindungi agamanya dan kehormatannya. Dan barang siapa terjerurumus ke dalam syubhat, maka dia bisa terperosok dalam keharaman “ (HR. Bukhari & Muslim)
6.       Bersahabat dengan orang yang lemah semangat ketaatannya pada Allah.
Rosullullah bersabda, “Seseorang sangat dipengaruhi teman dekatnya, maka hendaklah dia melihat (selektif) dengan siapa dia berteman” (HR. Abu Daud)
7.  Tidak ada perencanaan yang matang baik dalam skala individu (amal fardhi) maupun amal komunitas (amal jama’i).
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang akan diperbuatnya untuk hari (esok) akhirat” (QS. Al Hasyr:18). Amal yang tidak terencana, tidak memiliki program  yang jelas, tidak akan mendapatkan hasil yang optimal. Oleh karena itu diperlukan sistematika kerja (minhajiatul amal) untuk melaksanakannya.
8.        Jatuh dalam kemaksiatan
Perbuatan maksiat membuat hati jadi tertutup, malas, bahkan tidak mau menerima ajakan kebaikan. Bila kondisi ini terjadi, seorang juru dakwah akan sulit diharapkan mampu beramal untuk jamaahnya. Menjaga diri saja tidak bisa, apalagi berkiprah untuk orang lain


BAHAYA  FUTUR :

1.       Pengabaian amanah.
Futur menyebabkan kita malas dalam menunaikan tugas dakwah, padahal dakwah adalah tanggung jawab setiap kita. Pengabaian terhadap amanah akan mengurangi kontribusi kita pada perbaikan kondisi jamaah.  Apa yang akan kita andalkan pada pertanggugjawaban akhirat kelak?

2.       Terpisah dari jalan dakwah.
Bila futur dibiarkan terjadi tanpa ada upaya evaluasi diri maupun penyadaran melalui orang lain, maka lambat laun kita akan terpisah dari jalan dakwah dan meninggalkannya. Bukankah telah kita pahami bahwa jalan dakwah itu jalan yang mulia, yang dilakukan oleh para nabi dan rosul ?

3.       Meninggal dunia  dalam kondisi futur.
Bila futur terus terjadi dan menjadi tabiat kita, maka resiko terbesar adalah mati dalam kondisi futur. Ini yang paling kita takuti. Mengapa? karena Allah menilai kita berdasarkan akhir perbuatan kita.
Sesungguhnya seorang hamba itu ada yang melakukan amalan ahli neraka padahal ia termasuk ahli syurga. Dan ada pula yang mengamalkan amalan ahli syurga, padahal dia termasuk ahli neraka. Sesungguhnya amalan itu tergantung pada kesudahannya “. (HR. Bukhari)


TERAPI  FUTUR
1.    Bergaul dengan orang sholih, menggabungkan diri dengan jamaah, menghadiri majelis taklim / majelis ilmu dien.
2.       Evaluasi diri (muhasabah), mengingat mati , membayangkan nikmat syurga dan adzab neraka
3.       Menjaga amal harian dengan istiqomah dan ikhlas
4.     Menjaga diri dari waktu luang yang sia-sia, menjaga diri dari hal-hal yang melampaui batas yang berpeluang jatuh pada kemaksiatan

Sumber : buletin jumat

1 komentar:

  1. semoga kita selalu bersemangat dalam beramal sholih..... amin

    BalasHapus