Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan dalam
bekerja merupakan keinginan yang wajar bagi setiap karyawan. Secara sederhana
kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang karyawan terhadap pekerjaannya
(Robbins 1996).
Bisa juga dikatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu perasaan karyawan
tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan yang mereka lakukan. Umumnya
mengacu pada sikap seorang karyawan terhadap pekerjaannya. Dalam hal ini
kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan
imbalan yang disediakan oleh pekerjaan . Lebih lanjut , Lock dalam
Luthans (1995) memberikan definisi bahwa:
“job
satisfaction is a pleasurable or
positive emotional state resulting from
the appraisal of one’s job or job experience.”( kepuasan kerja adalah suatu
ungkapan emosional yang bersifat positip
atau menyenangkan, sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau
pengalaman kerja)
Sementara itu,
Porter dalam teori Discepency
menyatakan bahwa:
“ job satisfaction is difference
between how much of something there should
be and how much there is now” (kepuasan kerja adalah
perbedaan antara seberapa banyak segala sesuatu yang seharusnya diterima dengan
segala sesuatu yang senyatanya ada
saat ini).
Elemen / Indikator dari Kepuasan Kerja :
a. Kepuasan
pada Pekerjaan itu sendiri (Satisfaction
with the Work Itself).
Pekerjaan yang dilakukan oleh seorang karyawan akan dapat
menghasilkan kepuasan kerja, motivasi
intern, prestasi kerja yang tinggi, tingkat kemangkiran yang rendah dan
tingkat labour turn over yang rendah .
Hal ini bisa dicapai apabila :
·
Pekerjaan itu dialami sebagai sesuatu yang
berarti, bermanfaat atau penting.
·
Pekerja menyadari bahwa dirinya bertanggungjawab
atas hasil pekerjaan itu secara pribadi.
·
Pekerja dapat memastikan dengan cara yang
teratur dan terandalkan mengenai hasil usahanya; apa saja yang telah dicapai,
dan memuaskan atau tidak.
Robbins
(1996) memperjelas bahwa salah satu penentu kepuasan kerja adalah pekerjaan yang secara mental bersifat
menantang. Artinya memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menggunakan
ketrampilan dan kemampuan mereka, dan menawarkan berbagai macam tugas,
kebebasan, dan umpan balik pekerjaan. Pada saat tantangan tersebut mampu
dilampaui secara baik oleh karyawan, maka kepuasan terhadap pekerjaan akan
terasakan.
Sementara
itu pendapat yang dikemukakan oleh Wall dan Martin dalam Spector (1997),
bahwa “ job characteristic refer to the content and nature of job tasks themselves
“ (karakteristik pekerjaan mengacu pada isi dan kondisi dari tugas-tugas itu
sendiri). Dapat disimpulkan bahwa
karakteristik pekerjaan merupakan ciri yang terkandung dalam suatu pekerjaan,
yang terdiri dari berbagai dimensi inti dari suatu pekerjaan.
b. Kepuasan pada Pembayaran (Satisfaction with Pay)
Kepuasan pada pembayaran merupakan hal yang bersifat
multi dimensional. Hal ini berarti bahwa kepuasan karyawan bukan hanya terletak
pada jumlah gaji/ upah semata, namun lebih dari itu kepuasan pada pembayaran
dibentuk dari empat dimensi yaitu:
·
Kepuasan terhadap administrasi dan kebijakan
penggajian.
·
Kepuasan terhadap berbagai jenis tunjangan yang
ada .
·
Kepuasan terhadap tingkat gaji /upah
·
Kepuasan terhadap kenaikan gaji/ upah
c. Kepuasan pada Promosi ( Satisfaction with Promotion)
Kesempatan untuk dipromosikan merupakan hal yang dapat memberikan kepuasan pada karyawan. Kesempatan ini
merupakan bentuk imbalan yang bentuknya
berbeda dengan imbalan yang lain. Promosi bisa dilakukan berdasarkan
senioritas karyawan maupun berdasarkan kinerja. Promosi dengan kenaikan gaji
20% lebih memuaskan daripada promosi yang kenaikan gajinya hanya 10 % . Maka wajar apabila promosi di
kalangan eksekutif lebih dirasa memuaskan daripada promosi dikalangan karyawan
level bawah. (Luthans 1992).
Patchen dalam Fieldmand & Arnold (1983) menemukan hasil
penelitian bahwa karyawan yang merasa berhak mendapat promosi tetapi tidak jadi
dipromosikan, ternyata lebih sering absen daripada karyawan lain yang memang
belum mendapat kesempatan dipromosikan.
d. Kepuasan pada Supervisi ( Satisfaction with Supervision )
Supervisi merupakan salah satu hal
yang cukup penting sebagai sumber kepuasan kerja. Kepuasan terhadap supervisi
sangat berkaitan dengan gaya kepemimpinan supervisi. Cukup banyak penelitian
yang membahas pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan kerja maupun
produktivitas kerja (Berry 1998)
Sehubungan
dengan hal itu, setidaknya terdapat dua dimensi gaya supervisor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja:
1. Supervisor yang berorientasi pada karyawan (Employee
Centeredness).
Dimensi ini
diukur dari tingkat seberapa sering supervisor memberikan perhatian secara
personal pada karyawan, dalam hubungannya dengan kesejahteraan karyawan. Hal
ini ditunjukkan dengan tindakan mengecek seberapa baik karyawan melaksanakan
pekerjaannya; memberikan arahan/ nasehat/ bantuan secara individual, dan
berkomunikasi dengan karyawan secara wajar sebagaimana berkomunikasi dengan atasan maupun
karyawan yang tingkatannya lebih tinggi.
2. Supervisor
yang mengutamakan partisipasi karyawan (employee participation).
Dimensi ini digambarkan sebagai
tindakan para manajer yang mengajak karyawannya untuk berpartisipasi dalam
membicarakan berbagai persolan yang akan mempengaruhi pekerjaan mereka. Dalam
banyak kasus, pendekatan kepemimpinan seperti ini telah memberikan tingkat
kepuasan yang tinggi. Hasil penelitian telah menyebutkan bahwa partisipasi
karyawan berdampak positip pada kepuasan kerja. Iklim partisipatif yang
dikembangkan oleh supervisor di tempat kerja, ternyata memberikan efek
substansial bagi kepuasan karyawan.
e. Kepuasan pada Rekan Kerja (Satisfaction
with Coworkers)
Rekan kerja dapat menjadi sumber kepuasan karyawan, manakala antar
karyawan diberi kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam sebuah
penelitian di industri mobil, Walter & Guest dalam Feldman &
Arnold (1983) menemukan fakta bahwa karyawan yang terisolasi ternyata tidak
menyukai pekerjaannya, dan sengaja mengisolasi diri dari lingkungan sosial
karena ada alasan pribadi.
Beberapa penelitian lainnya (Kerr
et al. dalam Feldman & Arnold
1983) telah menemukan bahwa manakala kesempatan yang diberikan pada
karyawan untuk berkomunikasi hanya sedikit, maka kepuasan mereka rendah dan
cenderung terjadi turn over.
Rekan kerja bahkan merupakan sumber kepuasan kerja yang lebih kuat ketika
anggotanya memiliki kemiripan dalam nilai-nilai dan perilaku. Berjumpa dengan
orang-orang yang memiliki kemiripan nilai menyebabkan bertambahnya rasa
persahabatan. Nilai perasaan dari suatu kelompok kerja berkaitan erat dengan
kepuasan kerja.
Teori -Teori Kepuasan Kerja:
Beberapa teori yang menjelaskan
masalah kepuasan kerja diuraikan sebagai berikut :
a. Opponent
– Process Theory .
Teori yang dikemukakan oleh Landy (1978) ini menekankan
pada upaya seseorang dalam mempertahankan keseimbangan emosionalnya. Artinya,
baik kepuasan maupun ketidakpuasan merupakan masalah emosional. Rasa kepuasan
seseorang sangat ditentukan oleh sejauhmana penghayatan emosionalnya terhadap
situasi yang dihadapi. Bila situasi yang dihadapi dapat memberikan keseimbangan
emosional bagi dirinya, maka orang tersebut akan merasa puas. Namun apabila situasi
tersebut menimbulkan ketidakstabilan emosional, maka orang tersebut merasa
tidak puas.
b. Discrepancy
Theory
Konsep yang dikemukakan oleh Porter (1961) menjelaskan
bahwa kepuasan kerja adalah selisih dari sesuatu yang seharusnya ada (harapan),
dengan sesuatu yang sesungguhnya ada (fakta).
Ditambahkan oleh
Locke (1969) bahwa seseorang akan merasa terpuaskan apabila kondisi faktual
sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Semakin sesuai antara kondisi faktual
dengan kondisi yang diinginkan, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasannya.
Sebaliknya, semakin banyak ketidaksesuaian antara kondisi faktual dengan
kondisi yang diharapkan, maka akan semakin tinggi pula rasa ketidakpuasannya.
c. Equity
Theory
Teori keadilan yang dikemukakan oleh Adam (1963) menjelaskan
bahwa individu akan merasa puas terhadap aspek-aspek khusus dari pekerjaan
mereka. Aspek tersebut misalnya : gaji / upah, rekan kerja, dan supervisi.
Individu akan merasa puas apabila jumlah aspek yang senyatanya diperoleh sesuai
dengan jumlah aspek yang semestinya diterima. Implikasi dari teori ini adalah
pekerja akan menyesuaikan kontribusinya sesuai dengan tingkat kepuasan dan
keadilan yang diperolehnya. Individu yang memperoleh kompensasi yang tidak
sepadan dengan kontribusinya pada perusahaan, maka hal itu akan mempengaruhi
kualitas dan kuantitas kerjanya .
d. Two
– factor Theory
Teori Dua Faktor yang dikemukakan oleh Herzberg
(1966) disebut juga teori Motivasi - Higiene.
Faktor hygiene atau faktor
ekstrinsik membuat orang merasa “sehat”. Sedangkan faktor motivasi atau faktor
intrinsik membuat orang merasa terpacu/ termotivasi untuk mencapai sesuatu. Herzberg memaparkan kesimpulan
penelitiannya :
1. Ada
serangkaian faktor ekstrinsik (atau job context) yang menyebabkan rasa
tidak puas andaikata faktor tersebut
tidak ada. Namun, bila faktor tersebut ada, maka tidak menimbulkan motivasi
bagi karyawan. Faktor yang dimaksud adalah kebijaksanaan dan administrasi
perusahaan, supervisi, kondisi kerja, hubungan antar pribadi, gaji , status,
dan keamanan.
2. Serangkaian
faktor ekstrinsik (atau job content) yang apabila ada dalam pekerjaan ,
maka akan dapat menimbulkan kepuasan kerja. Namun , bila faktor ini tidak ada,
maka tidak menimbulkan ketidakpuasan yang berlebihan. Faktor ini adalah
prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, kemungkinan untuk berkembang,
dan pekerjaan itu sendiri.
Pengukuran
Kepuasan Kerja
Ada beberapa cara pengukuran
kepuasan kerja. Diantaranya dengan menggunakan skala indeks deskripsi jabatan (Job
Description Index ), dengan kuesioner kepuasan kerja Minnesota (Minnesota
Satisfaction Questionare ), maupun
dengan pengukuran berdasarkan gambar ekspresi wajah. (Mangkunegara 2000).
a. Pengukuran
kepuasan kerja dengan skala Job Description Index.
Skala pengukuran ini dikembangkan oleh Smith, Kendall, dan Hullin pada
tahun 1969. Cara penggunaannya, diajukan pertanyaan pada karyawan mengenai
pekerjaan atau jabatannya, yang mencakup
tingkat kepuasan terhadap aspek pekerjaan, pengawasan, upah, promosi, dan rekan kerja . Setiap pertanyaan yang diajukan,
harus dijawab oleh karyawan dengan menandai jawaban : ya, tidak,
atau ragu-ragu (tidak dapat memutuskan). Dengan cara ini akhirnya dapat
diketahui tingkat kepuasan kerja karyawan.
b. Pengukuran
Kepuasan Kerja dengan Minnesota Satisfaction Questionaire
Pengukuran kepuasan kerja ini
dikembangkan oleh Weiss dan England pada tahun 1967. Skala ini berisi tanggapan
yang mengharuskan karyawan untuk memilih salah satu dari alternatif jawaban :
sangat tidak puas, tidak puas, netral,
puas, atau sangat puas terhadap berbagai pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut dapat
diketahui tingkat kepuasan kerja karyawan.
c. Pengukuran
Kepuasan Kerja Berdasarkan Gambar Ekspresi Wajah.
Pengukuran kepuasan kerja yang
dikembangkan oleh Kunin pada tahun 1955 ini terdiri dari gambar-gambar
wajah orang, mulai dari gambar wajah yang sangat gembira, gembira, netral,
cemberut, dan sangat cemberut. Karyawan diminta untuk memilih gambar ekspresi wajah yang sesuai dengan kondisi pekerjaan yang dirasakan. Kepuasan
kerja dapat diketahui dari pilihan-pilihan karyawan terhadap gambar-gambar
tersebut.
NB : bila anda berminat menelusur lebih lanjut referensi dari tulisan
ini silakan hubungi penulis, atau bisa anda telusur sendiri melalui jurnal
internasional
pak bisa minta referensi dari materi diatas
BalasHapusPak,
BalasHapusmohon bantuannya untuk memberikan literatur dari tulisan diatas,
mohon jika berkenan literatur & daftarnya bisa dikirim ke sashashadrina@gmail.com
terimakasih banyak,
salam.
hallo pak,
BalasHapusmohon bantuannya, jika bapak berkenan tolong dikirim referensi dan literatur dari materi diatas ke yuri_mentari_sweeto@rocketmail.com..
maksih pak. .
selamat malam pak,
BalasHapusminta tolong dikirmkan refrensi materi di atas ke e-mail lely_adperkat@yahoo.com
terimakasih sebelumnya
Tulisan bapak sangat membantu sekali dalam proses penyusunan skripsi saya. Jika berkenan, mohon dikirimkan ke email saya: hayu ikroma11@gmail.com terkait cara pengukuran kepuasa kerja (JDI, JSS dan Minnesota Satisfaction Questionaire)
BalasHapusTerima kasih atas bantuannya pak
Assalamu'alaikum pak, mohon bantuannya. jika berkenan mohon dikirim ke email saya:dalatun.nikmah08@gmail.com mengenai refernsi indikator kepuasan kerja. terimakasih pak
BalasHapusAssalammualaikum, mohon maaf pak saya mahasiswi tingkat akhir yang akan melakukan penelitian berkaitan temtng kepuasan kerja, sekiranya bapak bisa membantu mohon izin untuk meminta referensi terkait tulisan bapak diatas,, terima kasih
BalasHapus