Qualified tidaknya pelamar yang akan diseleksi sangat tergantung
pada pengadaan tenaga kerja (rekrutmen). Pengadaan tenaga kerja yang efektif
akan menghasilkan tersedianya sejumlah pelamar yang qualified. Seleksi
dan orientasi merupakan bagian dari proses penyusunan kepegawaian (staffiying).
Proses penyusunan kepegawaian yang berfungsi untuk mendapatkan the right
people in the right position at the right time, merupakan salah satu tugas
penting manajemen SDM. Proses seleksi bersama dengan proses pengadaan tenaga
kerja, merupakan dua tahapan manajemen SDM yang memberikan darah kehidupan
bagi organisasi/perusahaan.
Seleksi
adalah proses pemilihan calon pegawai yang telah menyampaikan lamaran pekerjaan
pada instansi/perusahaan (French, 1986; Nitisemito, 1992). Sedangkan Siagian (1994) menyebutkan bahwa
seleksi adalah berbagai langkah spesifik yang diambil untuk memutuskan pelamar
mana yang akan diterima dan pelamar mana yang akan ditolak.
Ditegaskan
oleh Martoyo (1994), seleksi adalah pemilihan tenaga kerja yang sudah tersedia
untuk mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi syarat dan memiliki kualifikasi
yang sesuai deskripsi jabatan dan atau sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Sedangkan Schuler (1990) menyatakan bahwa seleksi adalah proses pengumpulan
data tentang pelamar pekerjaan untuk menentukan siapa yang layak dikontrak
untuk posisi jangka pendek atau jangka panjang.
Berdasarkan
tahapan dalam penerimaan calon pegawai, proses seleksi dimulai dari penerimaan
lamaran dan berakhir dengan keputusan terhadap lamaran tersebut.
Langkah-langkah antara proses dimulai dan diakhiri merupakan usaha pengkaitan
antara kepentingan calon pegawai dan kepentingan organisasi.
5.2.
TUJUAN SELEKSI
- Menjamin perusahaan memiliki karyawan yang tepat untuk suatu jabatan/ pekerjaan.
- Memastikan keuntungan investasi SDM perusahaan.
- Mengevaluasi dalam mempekerjakan dan penempatan pelamar sesuai minat.
- Memperlakukan pelamar secara adil dan meminimalkan deskriminasi.
- Memperkecil munculnya tindakan buruk karyawan yang seharusnya tidak diterima.
5.3.
BEBERAPA FAKTOR PENTING DALAM SELEKSI
Sebagaimana
telah dipaparkan di atas, proses seleksi bukanlah suatu kegiatan yang berdiri
sendiri. Artinya seleksi ditentukan oleh sejumlah faktor dan menentukan faktor
lainnya. Dengan demikian berarti terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi proses seleksi dan
dipengaruhi oleh proses seleksi.
(1) FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI SELEKSI :
a. Kondisi
Penawaran Tenaga Kerja
Semakin besar jumlah pelamar yang memenuhi syarat (qualified),
maka akan semakin mudah bagi organisasi untuk memperoleh karyawan yang
berkualitas dan sebaliknya. Pada saat rekrutmen bisa terjadi jumlah calon yang
terjaring lebih kecil dari yang diharapkan. Kondisi tersebut dimungkinkan oleh
:
·
Imbalan/upah yang ditawarkan rendah.
·
Pekerjaan menuntut spesialisasi yang tinggi.
·
Persyaratan yang harus dipenuhi berat.
·
Mutu pelamar rendah.
b. Faktor
Eksternal Organisasi
1) Faktor Etika
Dalam proses seleksi, masalah etika seringkali
menjadi tantangan yang berat. Keputusan seleksi seringkali dipengaruhi oleh
etika pemegang keputusan. Bila pertimbangan penerimaan lebih condong karena
hubungan keluarga, teman, pemberian komisi/suap dari pada pertimbangan
keahlian/professional, maka kemungkinan besar karyawan baru yang dipilih jauh
dari harapan organisasi.
2) Ketersediaan Dana dan Fasilitas
Organisasi seringkali memiliki keterbatasan seperti
anggaran atau fasilitas lainnya. Sebagai contoh, besar kecilnya anggaran
belanja pegawai menentukan berapa jumlah pegawai baru yang boleh direkrut.
3) Faktor Kesamaan Kesempatan
Budaya suatu daerah dalam memperlakukan
masyarakatnya juga merupakan tantangan dalam proses seleksi. Diskriminasi masih
sering ditemukan dalam merekrut/menseleksi pegawai yang disebabkan oleh warna
kulit, ras, agama, umur, jenis kelamin, dan sebagainya. Sebagai contoh
kebijaksanaan organisasi (walau tidak tertulis) yang lebih menyukai pegawai
pria atau wanita. Kenyataan ini menghambat proses seleksi secara wajar.
c.
Perangkat Organisasi
Selain faktor-faktor di atas, seleksi juga
dipengaruhi oleh keberadaan perangkat organisasi seperti :
1) Analisis Jabatan
Analisis jabatan merupakan semacam pedoman bagi
kegiatan proses seleksi. Analisis jabatan memberikan informasi tentang uraian
jabatan, spesifikasi jabatan, standarisasi pekerjaan serta persayaratan yang
harus dipenuhi untuk memegang jabatan tersebut. dengan demikian, seleksi yang
dilakukan harus mengacu pada analisis jabatan. Seleksi tanpa acuan analisis
jabatan (tentu yang benar) niscaya sulit untuk mendapatkan calon pegawai
sebagaimana yang dibutuhkan organisasi. Analisis jabatan ini merupakan arah
atau petunjuk tentang target apa yang hendak dicapai pada saat seleksi.
2) Perencanaan SDM
Dari perencanaan SDM, akan dapat diketahui berapa
jumlah calon pegawai yang dibutuhkan oleh organisasi, pada jenjang apa dan di
bagian mana, dan persyaratan apa yang harus dipenuhi oleh pelamar.
3) Pengadaan Tenaga Kerja (Rekrutmen)
Rekrutmen yang dilakukan akan berpangaruh pada proses seleksi. Qualified
tidaknya pelamar yang akan diseleksi sangat tergantung pada pengadaan tenaga
kerja (rekrutmen). Pengadaan tenaga kerja yang efektif akan menghasilkan
tersedianya sejumlah pelamar yang qualified dan sebaliknya. Jenis dan
sifat berbagai langkah yang harus diambil tergantung pada hasil rekrutmen.
(2)
FAKTOR-FAKTOR YANG DIPENGARUHI SELEKSI :
a). Orientasi
b). Diklat
c). Pengembangan
d). Perencanaan Karier
e). Penilaian Prestasi Kerja
f). Kompensasi
g). Perjanjian Kerja
h). Pengawasan Personalia
5.4.
DASAR KEBIJAKAN SELEKSI
Tujuan
utama seleksi adalah untuk mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi syarat dan
memiliki kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, maka dasar
kebijakan dalam seleksi adalah pemenuhan persyaratan kualifikasi yang menjadi
dasar dalam proses seleksi, yang menckup :
1. Keahlian
Idealnya keahlian merupakan kualifikasi utama dasar kebijaksanaan proses
seleksi. Keahlian yang dimaksud dapat berupa kemampuan teknik, Human Skill,
dan Conceptual Skill. Kemampuan teknik adalah ketrampilan fisik (tangan)
seorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Sedangkan Human Skill,
adalah keahlian berkomunikasi di dalam berhubungan dengan orang lain dan atau
mempengaruhi orang lain. Conceptual Skill adalah kemampuan membuat suatu
konsep serta menuangkan atau mengaplikasikannya dalam bentuk kagiatan.
2. Pengalaman
Pada kondisi di mana penawaran tenaga kerja lebih banyak dari permintaan,
maka pengalaman kerja pelamar menjadi keunggulan tersendiri. Kecenderungan
organisasi/perusahaan lebih memilih mereka yang berpengalaman karena mereka
dipandang lebih mampu mengerjakan tugas yang nantinya akan diberikan. Besarnya
pengaruh pengalaman pada keputusan seleksi seringkali menyebabkan pelamar
membuat pengalaman “palsu”. Untuk menghindari hal tersebut, maka cek dan
recek harus dilakukan.
3. Jenis Kelamin
Hingga saat ini kita masih mendengar perjuangan kaum wanita di beberapa
negara yang belum mendapatkan hak yang sama dengan pria. Namun demikian bukan
berarti wanita dengan serta-merta bebas diletakkan di semua jenis pekerjaan.
Sebagai dontoh, perundang-undangan melarang setiap perusahaan untuk
memperkerjakan wanita di pertambangan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin
menjadi salah satu dasar dalam proses seleksi.
4. Pendidikan (Formal dan Nonformal)
Kualifikasi pelamar merupakan cerminan dari hasil pendidikan dan latihan
yang diperoleh sebelumnya. Pendidikan dan pelatihan pelamar akan menentukan
hasil seleksi terutama yang berkaitan dengan kesesuaian antara kualifikasi
pelamar dengan kualifikasi yang diharapkan organisasi. Pendidikan dan latihan yang
pernah dialami pelamar sebelumnya juga dapat menentukan hasil seleksi
selanjutnya seperti keputusan penempatan bila yang bersangkutan diterima,
sehingga “The right man on the right place” lebih dapat didekati.
5. Keadaan Fisik/Kesehatan
Keadaan fisik seseorang (terutama kesehatannya) dipercaya memiliki
pengaruh yang besar terhadap produktivitas kerjanya. Karena semua
organisasi/perusahaan senantiasa ingin memperoleh tenaga kerjanya yang sehat
jasmani dan rohani. Di samping itu untuk jenis pekerjaan tertentu (ABRI,
Pramugari, foto model) selain kesehatan juga dipertimbangkan mengenai postur
tubuh (tinggi dan berat badan). Calon pelamar yang memiliki kondisi kesehatan
dan postur tubuh yang lebih baik jelas lebih beruntung dalam proses seleksi
(tentunya dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor lainnya).
6. Penampilan
Pada pekerjaan-pekerjaan tertentu, penampilan menjadi faktor yang
dipertimbangkan dalam seleksi. Pramugari, foto model, pelayan toko, pelayan
restoran dan lain-lain merupakan contoh pekerjaan yang mempertimbangkan penampilan. Untuk pekerjaan lainnya, tampang
merupakan pertimbangan tambahan. Yang dimaksud dengan tampang (personal
appearance) adalah tampak seseorang di hadapan orang lain atau yang tampak
pada orang lain.
7. Bakat
Penilaian bakat (aptitude) calon pelamar turut memegang kunci
sukses kelulusan seleksi. Psikotes merupakan salah satu cara penseleksian untuk
dapat melihat bakat atau potensi yang ada pada diri pelamar. Bakat positif yang
dimiliki pelamar merupakan modal bagi organisasi di kemudian hari.
8. Temperamen
Temperamen yang dimaksud disini adalah hal-hal yang berkaitan dengan
keseimbangan emosional seseorang, emosi tidak berkaitan dengan pendidikan,
pengalaman, usia, atau jenis kelamin. Pengakitan temperamen dalam proses
seleksi terutama dihubungkan dengan penilaian perkiranaan sikap pelamar dalam
menghadapi pekerjaan dan rekan kerjanya. Pensikapan yang salah pada
pekerjaan dan rekan sekerja dapat menyebabkan tidak optimalnya hasil kerja.
9. Karakter
Karakter yang dimaksud adalah sifat atau sikap sesorang dalam keseharian
seperti periang, pendiam, pemarah, tenang/kalem, pemurung, selalu bersemangat,
selalu pesimis, dan sebaginya.
5.5.
PROSEDUR SELEKSI
Seleksi
pada kenyataannya merupakan proses yang kompleks di mana langkah satu dengan
lainnya saling berkaitan. Menurut Handoko (1994) terdapat tujuh langkah dalam
prosedur seleks yang biasa digunakan. Bagi pelamar yang berasal dari suplai
internal, kadang-kadang tidak perlu melalui beberapa langkah, seperti
penerimaan pendahuluan, pemeriksaan referensi atau evaluasi medis (kesehatan).
Bagi pelamar eksternal, langkah-langkah seleksi yang harus diikuti adalah
sebagai berikut :
Tahap 1.
Penerimaan Pendahuluan
Penerimaan pendahuluan merupakan langkah pertama dari proses seleksi.
Kerana proses seleksi berlangsung dua arah, artinya organisasi akan menseleksi
pelamarnya dan peamar juga akan meseleksi organisasi di mana ia berharap akan
bekerja, maka penerimaan pendahuluan yang akan menumbuhkan kesan pertama
merupakan langkah yang penting. Pada penerimaan pendahuluan organisasi akan
memperoleh kesan pertama tentang palamar malalui pengamatan tentang penampilan.
Begitupun halnya dengan pelamar, ia akan memperoleh kesan tentang organisasi
yang akan dimasukinya. Dari kesan pertama ini kedua belah pihak akan mengambil
keputusan apakah akan melanjutkan ke langkah berikutnya atau tidak.
Tahap 2.
Tes-Tes Penerimaan
Berbagai tes atau ujian diselenggarakan untuk memperoleh informasi yang
obyektif dengan tingkat akurasi yang tinggi. Hasil tes tersebut akan memberikan
informasi tentang cocok tidaknya pelamar dengan jabatan atau pekerjaan yang
akan dipercayakan kepadanya.
Secara umum terdapat tiga jenis tes yang akan diujikan pada pelamar yaitu :
· Tes
Pengetahuan Dasar
Tes ini dilakukan untuk menguji pengetahuan pelamar tentang berbagai hal,
misalnya tes untuk menguji pandangan seseorang tentang suatu masalah yang
sedang dibicarakan.
· Tes
Psikologi
Tes ini berguna untuk menguji kepribadian, bakat, minat kecerdasan dan
keinginan berprestasi. Bentuk-bentuk tes psikologi meliputi :
-
Tes kecerdasan (intelligence test)
-
Tes kepribadian (personality test)
-
Tes bakat (aptitude test)
-
Tes minat (interest test)
-
Tes prestasi (achievement test)
·
Tes Pelaksanaan Pekerjaan (Performance
Test)
Yaitu test yang mengukur kemampuan untuk melaksanakan beberapa bagian
pekerjaan yang akan dipegangnya. Sebagai contoh, tes mengetik untuk calon
pengetik.
Agar
berbagai tes di atas benar-benar memberikan informasi yang ingin digali dari
pelamar, maka ada dua persyaratan yang harus dipenuhi yaitu : validitas
dan realibitas. Yang dimaksud dengan validitas adalah bahwa nilai yang
didapat oleh seseorang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan atau dengan
berbagai kriteria obyektif lainnya yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan
perkataan lain, tingkat validitas dapat dikatakan tinggi bila hubungan antar
hasil tes dengan prestasi kerja semakin kuat. Sedangkan sebaliknya bila
keterkaitan hasil tes lemah, maka tingkat validitasnya rendah.
Sedangkan
yang dimaksud dengan realibilitas (dapat dipercaya) ialah bahwa hasil yang
diperoleh konsisten setiap kali tes tersebut dilakukan. Jika hasil tes
bervariasi setiap kali dilakukan, maka berarti tes tersebut tidak dapat
dipercaya (unreliable). Penting untuk diingat bahwa tes yang dapat
dipercaya pasti tidak valid.
Tahap
3. Wawancara Seleksi
Wawancara seleksi adalah percakapan formal dan
mendalam yang dilakukan untuk mengevaluasi hal-hal yang dapat diterimanya atau
tidak. Pada tahap ini pewawancara berusaha mendapatkan jawaban tentang dua hal
yaitu : (1) Dapatkah pelamar melaksanakan pekerjaan, (2) Bagaimana kemampuan
pelamar dibandingkan dengan pelamar-pelamar lain.
Wawancara merupakan teknik yang paling banyak
digunakan. Wawancara juga memiliki fleksibilitas yang tinggi, karena dapat
diterapkan pada semua calon pegawai karyawan manajerial maupun operasional,
berketerampilan rendah maupun berketerampilan tinggi.
Teknik ini juga memungkinkan pertukaran informasi dua
arah. Pewawancara dapat mempelajari pelamar dan pelamar dapat mempelajari
pewawancara. Wawancara merupakan kontak langsung antara calon pegawai dengan
perusahaan yang akan memperkerjakannya (yang diwakili oleh pewawancara). Calon
pegawai akan mengekspresikan ide dan perilakunya secara penuh pada wawancara
ini. Keduanya (perusahaan dan calon pegawai) akan mempersiapkan sebaik mungkin
hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditawarkan.
Namun
demikian teknik wawancara memiliki kelemahan, karena subyektivitas pada cara wawancara,
sangat tinggi. Meskipun demikian cara ini tetap berguna untuk mendapatkan calon
pegawai yang qualified. Beberapa masalah yang timbul dalam wawancara
yang diakibatkan subyektivitas pewawancara :
a. Bias Personal
Kesalahan yang diakibatkan prasangka pribadi pewawancara terhadap
kelompok-kelompok tertentu. Sikap pewawancara yang like or dislike
terhadap pelamar menyebabkan terjadinya kesalahan di dalam menyimpulkan hasil
wawancara.
Sebagai contoh, seorang pewawancara mungkin ia tidak menyukai suatu suku
tertentu, dan kebutuhan orang yang diwawancarai itu berasal dari suku yang
tidak disukainya itu.
b. Halo Effect
Hallo Effect adalah suatu istilah untuk kesalahan pengambilam
keputusan akibat perilaku atau penampilan pelamar saat wawancara berkesan baik.
Kesalahan ini terjadi karena informasi tentang pelamar yang digunakan oleh
pewawancara sangat terbatas. Kelebihan calon dalam penampilan atau tata krama
akan berkesan baik pada pewawancara. Begitu besarnya kesan yang tertanam dalam
jiwa pewawancara, sehingga kesalahan pelamar di dalam menjawab menjadi
terabaikan.
Contoh, pelamar yang berpakaian rapi dan berpenampilan menarik
(termasuk cantik dan ganteng) dan bertata krama sopan akan diperlukan sebagai
calon unggul sebelum wawancara dimulai.
c. Horn Effect
Sebagaimana Hallo Effect, kesalahan Horn Effect tejadi
karena informasi tentang pelamar yang digunakan oleh pewawancara terbatas. Horn
Effect adalah kebalikan dari Hallo Effect. Bila dalam Hallo
Effect kesalahan diakibatkan oleh kesan positif pewawancara, maka dalam Horn
Effect kesalahan diakibatkan kesan negatif pewawancara terhadap pelamar.
Contoh, seorang pelamar menggunakan blue jeans atau pakaian
santai diangap bersikap kurang sopan dan kurang menghargai wawancara. Kesan
buruk pewawancara terhadap calon dapat menyebabkan calon tersebut tidak akan diunggulkan
sebagai calon terpilih.
d. Pertanyaan-Pertanyaan Menuntun (Leading Question)
Kesalahan ini akibat pertanyaan yang diajukan pewawancara lebih bersifat
menuntun (tertutup). Pada gilirannya model pertanyaan ini menyulitkan pelamar
untuk mengekspresikan jawabannya.
Contoh :
-
Apakah saudara menyenangi pekerjaan yang
ditawarkan?
-
Setujukah saudara bahwa keuntungan perusahaan
adalah hal yang utama?
e. Dominasi Pewawancara
Kesalahan ini akibat pewawancara menggunakan waktu wawancara untuk
percakapan sosial atau membanggakan kehebatannya.
Misalnya, penggunaan waktu oleh pewawancara untuk menceritakan
rencana-rencana pribadinya di dalam mengembangkan perusahaan atau menggunakan
waktu untuk menceritakan betapa pentingnya posisinya sebagai pewawancara yang
akan menentukan kelulusan pelamar.
Tahap 4.
Pemeriksaan Referensi
Secara umum terdapat dua jenis referensi. Yang pertama
adalah referensi pengalaman pendidikan atau pengalaman kerja pelamar dan yang
kedua referensi personal pelamar. Referensi pengalaman kerja dan pengalaman
pendidikan dibutuhkan untuk mengetahui spesialisasi keahlian yang dimiliki
pelamar, sedangkan referensi personal digunakan untuk mengetahui sikap dan
perilaku pelamar.
Umumnya kedua referensi terebut diserahkan secara
tertulis. Kenyataan menunjukkan bahwa sangat jarang organisasi/perusahaan
mendapatkan referensi tertulis yang benar. Untuk mengatasi hal tersebut
organisasi melakukan pemeriksaan ulang (recheck) melalui telepon kepada
pemberi referensi.
Tahap 5.
Evaluasi Medis (Tes Kesehatan)
Langkah ini dilakukan untuk menjamin bahwa pelamar berada dalam kondisi
fisik yang sehat. Cara yang biasa dilakukan untuk mengevaluasi kesehatan
pelamar adalah dengan meminta surat keterangan dokter dan melakukan sendiri
evaluasi medis.
Tujuan yang ingin dicapai dengan evaluasi medis adalah :
a.
Menjamin bahwa pelamar tidak menderita suatu penyakit
yang berbahaya, kronis atau menular.
b.
Memperoleh informasi apakah fisik pelamar mampu
menghadapi tantangan pekerjaan.
c.
Meperoleh gambaran tentang tinggi-rendahnya premi
asuransi yang harus dibayar.
Tahap 6.
Wawancara Oleh Penyelia (supervisor)
Karena atasan langsung adalah orang yang paling bertanggung jawab
terhadap pekerjaan yang akan menjadi bawahannya, maka pendapat dan persetujuan
atasan langsung harus menjadi pertimbangan sebelum dilakukan keputusan
penerimaan. Dengan posisi dan pengalamannya, atasan langsung mempunyai
kemampuan untuk mengevaluasi kecakapan teknis pelamar dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan pelamar tentang pekerjaan yang akan dijalankannya secara
lebih tepat.
Tahap 7.
Keputusan Penerimaan
Langkah terakhir dalam proses seleksi adalah pengambilan keputusan
penerimaan. Siapa yang akhirnya mengambil keputusan atas lamaran yang diterima
dan apapun hasilnya (diterima atau ditolak), yang jelas keputusan tersebut
harus diberikan pada para pelamar. Pengambilan keputusan adalah tindakan yang
tepat dan sangat etis sekaligus untuk menjaga citra organisasi/perusahaan.
Tindakan pengambilan keputusan dikatakan tepat dan etis karena dengan demikian
organisasi menunjukkan kepeduliannya terhadap nasib orang-orang pencari kerja.
Setelah
keputusan penerimaan diambil, seluruh dokumen pelamar (yang diterima maupun
ditolak) disimpan secara terpisah dengan rapi dan baik. Dokumen pelamar yang
diterima akan berguna dikemudian hari dalam membina dan mengembangkan karier
pegawai yang bersangkutan. Dan dokumen pelamar yang tidak dapat diterima dapat
bermanfaat untuk pengadaan tenaga kerja atau perekrutan tenaga kerja di masa
mendatang.
Proses
seleksi merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh proses sebelumnya, maka
keberhasilan seleksi sangat tergantung pada hal-hal seperti perencanaan SDM,
pengadaan tenaga kerja, penetapan kualifikasi calon pegawai, dan variasi teknik
seleksi yang digunakan. Dengan perhatian dan perlakuan yang cermat pada
faktor-faktor di atas, organisasi/perusahaan dapat memperkerjakan orang yang
cakap dan tepat. Setelah proses seleksi berakhir, maka langkah berikutnya dalam
manajemen sumber daya manusia adalah orientasi.
5.6.
ORIENTASI
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa saat pertama kali seseorang bekerja
di lingkungan yang baru, akan nampak bahwa orang tersebut tidak familiar
terhadap pekerjaannya. Situasi seperti itu juga terjadi pada mereka yang telah
berpengalaman dalam pekerjaannya. Suasana serba baru seperti lingkungan kerja
baru, teman kerja baru, prosedur kerja baru dan sebagainya dapat membuat
pegawai baru merasa cemas, dan tidak aman. Untuk mengatasi perasaan cemas dan
tidak aman pada pegawai baru, organisasi/perusahaan membuat program pengenalan
yang disebut dengan orientasi.
Orientasi adalah program yang dirancang untuk menolong pegawai baru (yang
lulus seleksi) mengenal pekerjaan dan perusahaan tempatnya bekerja. Program
orientasi sering juga disebut dengan induksi. Yakni memperkenalkan para
karyawan dengan peranan atau kedudukan mereka, dengan organisasi dan dengan
karyawan lain. Orientasi dilaksanakan karena semua pegawai baru membutuhkan
waktu untuk dapat menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan kerjanya
yang baru.
5.7. ASPEK PROGRAM
ORIENTASI
Menurut
Martoyo (1994), terdapat beberapa aspek yang tercakup dalam program orientasi,
yaitu :
1.
Masalah-masalah Organisasional, yang meliputi :
- Sejarah singkat organisasi,
- Organisasi perusahaan,
- Nama dan jabatan para direktur,
- Layout fasilitas-fasilitas yang tersedia,
- Periode percobaan,
- Kebijaksanaan dan aturan perusahaan,
- Peraturan-peraturan disiplin,
- Prosedur keamanan,
- Buku pedoman karyawan,
- Proses produksi,
- Produk/jasa lain yang dihasilkan.
2. Perkenalan
dengan Staf Pelaksanan, yang meliputi :
- Atasan
- Pelatih
- Rekan sekerja
- Bagian bimbingan karyawan
3. Tunjangan
Karyawan, yang meliputi :
- Upah/gaji
- Cuti dan libur
- Jam istirahat
- Latihan dan pendidikan
- Konseling
- Asuransi
- Program pensiun
- Pelayanan organisasi terhadap karyawan
- Program rehabilitas
4.
Tugas-tugas jabatan, seperti :
- Lokasi Pekerjaan
- Tugas-tugas pekerjaan
- Kebutuhan keamanan
- Fungsi jabatan
- Sasaran-sasaran pekerjaan
- Hubungan/keterkaitan dengan pekerjaan lainnya.
Tidak
semua program di atas harus dijalankan pada masa orientasi. Ruang lingkup
program orientasi yang diberikan sangat tergantung pada kondisi organisasi, dan
posisi atau jabatan yang akan dipegang oleh pegawai baru. Sebagai contoh, ruang
lingkup program orientasi yang diberikan pada pegawai baru yang akan menduduki
jabatan yang cukup tinggi lebih luas dari pegawai baru yang menduduki jabatan
yang rendah.
Namun
demikian sejumlah informasi umum patut diberikan pada semua pegawai baru.
Informasi tersebut meliputi :
a) sifat dan sejarah perkembangan perusahaan,
b) gambar proses produksi serta keadaan
perusahaan.
Sedangkan
hal-hal khusus yang berhubungan dengan pekerjaan yang perlu diketahui oleh
pekerja baru adalah :
a) Kondisi kerja
b) Upah dan
jaminan sosial
c) Program
kesehatan dan keselamatan
d) Program
pelayanan
e) Uraian
jabatan (Job Description)
f) Tempat dan
peralatan kerja
g) Teman/bawahan
dalam bekerja
h) dan lain-lain
yang sesuai dengan kebutuhan penyesuaian diri.
Ditinjau
dari aspek waktu, masa orientasi dapat dilakukan dalam beberapa jam, beberapa
minggu atau beberapa bulan. Pengenalan mengenai perusahaan dan atau pekerjaan
pada pegawai baru dalam masa orientasi bukanlah yang pertama. Karena pada saat
proses seleksi secara langsung maupun tidak, pegawai baru telah diperkenalkan
dengan kedua hal tersebut. secara umum informasi mengenai perusahaan dan tugas
dapat memberikan melalui wawancara, pertemuan dan diskusi grup, buku saku, film
atau kombinasi dari semuanya.
Selain untuk mengenalkan pegawai baru dengan perusahaan/pekerjaannya,
pada masa orientasi juga dilakukan penilaian kepegawaian. Untuk mengetahui
kemajuan pegawai baru dapat digunakan daftar kemajuan pegawai (Checklist)
yang juga merupakan tindak lanjut hasil wawancara (saat seleksi).
Orientasi bertujuan untuk mempercepat masa adaptasi sehingga pegawai baru
dapat bekerja lebih depat dan lebih baik. Namun tidak semua orientasi menjamin
hasil yang baik. Pemberian informasi yang tidak tepat dapat menimbulkan situasi
yang buruk bagi pegwai baru maupun organisasi/ perusahaan. Banyak informasi
yang diberikan dapat menyebabkan pegawai baru kewalahan. Sementara
pemberian informasi yang tidak tepat waktu atau tidak tepat takarannya
dapat menimbulkan kecemasan pada diri pegawai baru. Banyak informasi yang tidak
layak diberikan pada pegawai baru juga dapat berarti “bocornya” rahasia
organisasi.
Oleh karena itu
perancang program orientasi harus sensitiv melihat hal tersebut. Dengan
demikian orientasi dapat mempercepat masa adaptasi dan menjadikannya produktif
dan tidak sebaliknya.
Martoyo
(1994) berpendapat bahwa keberhasilan pelaksanaan program orientasi sangat
tergantung pada pegawai baru dan organisasi yang menerimanya. Keberhasilan
program orientasi dapat ditandai oleh situasi di aman pegawai baru merasa
mantap atau kerasan dan pegawai lama menerima pegawai baru tersebut dengan
baik. Sebaliknya bila pada masa orientasi timbul kesalahpahaman di antara
pegawai lama dan pegawai baru atau pegawai baru tidak betah, maka hal ini
berarti orientasi kurang berhasil.
Agar orientasi berhasil guna, menurut French (1986) prosedur orientasi
layaknya melalui perencanaan di mana program tersebut dikhususkan untuk
memecahkan persoalan spesifik pegawai baru. Menurutnya pula bahwa kunci proses
program orientasi pada pendekatan yang digunakan. Pendekatan yang partisipatif,
sambutan yang hangat, dan perhatian pada individu merupakan hal yang vital
dalam program orientasi.
Pada
sebagian perusahaan, masa orientasi juga dimanfaatkan sebagai masa percobaan.
Dilakukannya masa percobaan dengan maksud mengurangi masa risiko akibat
kesalahan pada saat rekrutmen maupun seleksi. Pada masa percobaan dapat dinilai
kemampuan, kedisiplinan dan kerja sama dengan teman kerjanya. Bila dalam masa
percobaan, karyawan tersebut tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang
ditetapkan, perusahaan dapat memberhentikan mereka tanpa wajib memberikan
pesangon. Masa percobaan biasanya antara 3 – 6 bulan kerja.
Masa
percobaan memang akan mengurangi risiko kesalahan yang dibuat dalam rekrutmen
dan seleksi, namun tidak menghilangkannya sama sekali. Karena bisa jadi pada
masa percobaan mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk lolos dari masa
percobaan tersebut. Mereka tidak akan menampakkan sifat aslinya.
Soal latihan:
BalasHapus1. Jelaskan perbedaan antara rekrutmen dan seleksi.
2. Mengapa seleksi berperan penting dalam SDM?
3. ...
Komplet bener copasnya :)
Yg ingin saya tanyakan klo sudah orientasi yg kita nilai apa saja untuk pegawai yg kita nilai ini agar dapat menjadi pegawai baru kita..
BalasHapusBagaimana memili aspek rekrutmen, seleksi dan orientasi jelaskan
BalasHapusSeleksi Sumber Daya Manusia
BalasHapus